Bunga Abadi! Ini 4 Fakta Bunga Edelweiss yang Jarang Diketahui
Tak hanya dikenal sebagai bunga abadi, beberapa fakta bunga edelweiss ini cukup mencengangkan, salah satunya dilarang dipetik sembarangan!

Mempunyai nama latin Anaphalis Javanica, bunga Edelweiss biasanya ditemukan di beberapa gunung yang ada di Indonesia saat melakukan pendakian. Bunga Edelweiss dikenal karena memiliki bentuk serta penampilan yang ‘cantik’ dan indah sehingga banyak pendaki gunung yang ingin memetik dan menyimpannya. Sayangnya, tak semua orang diperbolehkan untuk memetik bunga Edelweiss secara sembarangan.
Baca juga artikel tanaman langka yang dilindungi: 5 Tanaman Langka di Indonesia
Bunga yang dijuluki dengan sebutan ‘bunga abadi’ ini sering kali digunakan untuk melambangkan ‘cinta’ bagi sebagian orang yang tengah menjalin hubungan asmara dengan harapan kisah cinta mereka akan abadi sebagaimana makna dari bunga Edelweiss itu sendiri. Julukan tersebut juga masih berkaitan erat dengan waktu mekarnya bunga yang terbilang cukup lama. Seperti yang diketahui bahwa bunga Edelweiss ini tidak mudah mati atau layu. Salah satu penyebabnya yakni adanya hormon etilen yang menjadikan kelopak bunga Edelweiss ini tak mudah rontok.
Fakta Unik Bunga Edelweiss
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik bunga Edelweiss yang perlu kamu ketahui!
Bunga Edelweiss Ditemukan Lebih dari 200 Tahun Silam
Diketahui bahwa bunga Edelweiss pertama kali ditemukan pada tahun 1819 oleh Georg Carl Reinwardt yang merupakan seorang naturalis dari Jerman. Ini artinya bunga Edelweiss telah berusia lebih dari 200 tahun terhitung sejak pertama kali ditemukan. Bunga Edelweiss juga berbeda dari tanaman pada umumnya, walaupun dijuluki sebagai ‘bunga abadi’ dan terkenal tak mudah rusak, tetapi bunga Edelweiss justru akan lebih mudah busuk bila terkena terlalu banyak air.
Ada di Luar Negeri
Ternyata bunga Edelweiss tidak hanya ditemukan di Indonesia saja. Apabila di Indonesia lebih dikenal dengan nama latinnya Anaphalis Javanica, bunga Edelweiss ini justru mempunyai nama latin yang berbeda di luar negeri. Bunga ini memang dapat dijumpai di beberapa negara lain. Untuk varian lain di luar Indonesia, bunga Edelweiss mempunyai nama latin Leontopodium Alpinum.
Bagian dari Adat Suku Tengger
Bunga Edelweiss juga menjadi salah satu bagian budaya dari suku Tengger yang berada di dataran tinggi gunung Bromo. Diketahui suku Tengger sendiri melestarikan bunga tersebut di Gunung Bromo. Mereka membudidayakan bunga Edelweiss melalui program swadaya. Hampir setiap rumah di suku Tengger mempunyai bunga Edelweiss sebagai salah satu tanamannya. Hal ini dikarenakan dalam beberapa ritual adat yang dilakukan oleh suku Tengger secara turun menurun menggunakan bunga Edelweiss di dalamnya.
Masyarakat suku Tengger menyakini bahwa bunga Edelweiss merupakan simbol keabadian serta mempunyai nilai yang baik untuk masyarakat. Tak hanya itu saja, suku Tengger sendiri kerap mengadakan suatu upacara dengan memanfaatkan bunga Edelweiss sebagai bagian dari sesajen dalam ritual keagamaannya, seperti upacara Kasada, upacara Leliwet, dan Entas-entas bagi agama Hindu.
Bunga yang Tidak Boleh Dipetik Sembarangan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa bunga Edelweiss tidak diperbolehkan dipetik secara sembarangan. Hal ini dikarenakan bunga Edelweiss merupakan bunga langka yang keberadaannya hampir punah. Bunga Edelweiss bahkan termasuk salah satu tanaman yang dilindungi. Oleh sebab itulah para pendaki tidak boleh memetik bunga Edelweiss ketika menemukannya saat melakukan pendakian.
Dalam undang-undang pasal 33 ayat 1 terdapat sebuah larangan untuk memetik bunga Edelweiss. Dalam UU Nomor 5 tahun 1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem menyatakan bahwa memetik ataupun mencabut bunga Edelweiss ini akan dikenakan sanksi sebesar Rp100 juta rupiah.
Itulah beberapa fakta menarik dari bunga Edelweiss yang selama ini juga dipercaya sebagai simbol untuk menyatakan cinta.
Ilustrasi Bunga Edelweiss: (Pixabay/ivansamudra)